Apa Kabar, Biologblog?

Haha. Tetiba ingin kembali menuliskan catatanku sebagai seorang biolog di sini. Apa kabar semua? Apakah rindu tulisan biolog yang satu ini? Haissh.. lagaknya bak punya banyak follower aja XD.

Ini blog emang apa banget deh. Nggak pernah diurus semenjak dua tahun lalu. Isinya pun cuma ada dua tulisan –dan keduanya membawa pesanpesan kegalauan seorang biolog, haha–. Tapi kalo mau sedikit flashback yah. Pertama kali buat blog ini waktu lagi semangat-semangatnya ngeblog dan pengen memberikan sumbangsih tulisan tentang hal-hal berbau biologi termasuk catatan seorang biolog. Pasalnya, di tahun ketika blog ini tercipta, aku mulai menemukan passion-ku di bidang tulis-menulis dan sayangnya itu mendesak impian2ku yang berkaitan dengan dunia biologi. Maka, harapannya blog ini bisa mengikatku supaya on the track, gak mesti kerja di bidang biologi tapi minimal tetap menulis tentang ilmu alam ini. Sayang sungguh disayang, rumah yang satu ini justru ditinggalkan begitu saja setelah satu tulisan tercipta. Duh, aku kayaknya emang gak bakat nulis hal-hal berbau biologi apa yah?? u_u”

Image


Ini gravatar pertama yang kupakai. Foto ini diambil di tahun 2008 waktu ikut ekplorasi bersama 3 BSO di Biologi UI ke Ujung Kulon. LIhatlah, deskripsi dirinya pun masih unyu2. Haha.. Dan maksudnya itu bukan mahasiswa tingkat 6 yah, tapi semester 6. Baiklah, akan aku segera ganti biodatanya. Secara udah expired juga XD

Dan kenapa sekarang pengen aktifin blog ini lagi? Entah. Cuma kalo dipikir2 aku kok yaa banyak banget punya blog dengan tema-tema spesifik. Ada yang tentang daily life, tentang buku-buku, tentang si zahwa, dan beberapa lainnya. Kemudian jadi berpikir, yaudin deh, kalo ada semisal lomba bertema lingkungan, atau cerita-cerita seputar muridku plus pelajaran biologi yang membingungkan, mending ditulis di sini aja. Kalo dipikir2 wordpress ini emang enak banget pengoperasiannya. Apalagi aplikasi wordpress for android, wuiiih, ajib.

Jadi, duhai pembaca, baik yang ghaib maupun yang maya -eh, sama aja yaa? hihi- selamat menyimak blog ini yaa. Doakan moga aku istiqomah nulis di sini lagi. 😛

Setelah Lulus, Mau Ke Mana?

“Saya ingin kalian jauh lebih maju dibanding saya, saya ingin kalian maju dengan penelitian kalian. Karena sebenarnya penelitian kalian bisa dijadikan ladang penghasilan buat kalian sendiri, bukan malah berhenti sampai di draft skripsi yg ditandatangani penguji.” -Drs. Sunarya Wargasasmita

Jlebph!
Kata-kata itu saya dapat dari note Teni yang bercerita tentang kenangannya bersama alm. Pak Narya, salah satu dosen terbaik di Biologi UI yang berdedikasi tinggi. Saya benar-benar tertohok. “Gue banget, tuh!” dalam hati saya. Lalu, saya teringat obrolan dengan pembimbing saya dari LIPI, Dr. Hari Sutrisno. Terhitung dua kali Pak Hari bertanya tentang apa yang akan saya lakukan setelah lulus. Pertama, saat meminta tanda tangan beliau untuk draft Usulan Penelitian saya.

“IP kamu berapa? Udah 4?” tanyanya.

(syok! Seumur2 saya nggak pernah mimpi punya IP 4)

“Belum, pak.” saya jawab singkat dan cepat. (dan sepertinya tidak akan. Bukan pesimis, cuma realistis aja, hoho)

“Kamu nggak mau jadi dosen?”

“Nggak, Pak.”

“Terus, mau jadi apa?”

“Penulis. Hehe…”

Saat itu, saya agak tak enak menyampaikannya. Karena saya sadar, saya ingin menjadi penulis, tapi bukan penulis karya ilmiah atau sesuatu berbau biologi. Atau tepatnya, belum terpikir ke arah sana.

Lalu, saat saya meminta tanda tangan Pak Hari untuk draft Hasil Penelitian saya, beliau kembali bertanya, “Nanti kamu setelah lulus mau ngapain?”

“Saya mau nulis aja, Pak.” jawab saya. Kali ini lebih mantab.

“Nulis? Nulis apa? Udah menghasilkan buku?” tanya bapak. Rentetan pertanyaan itu seolah ingin meyakinkan pilihan saya tersebut. Dan akhirnya saya mengerti arah pembicaraan Bapak setelah beliau bertanya satu hal.

“Kamu nggak mau jadi peneliti?”

Ah, sejujurnya itu pertanyaan berat buat saya. Dulu, saat harapan (ayah) saya untuk menjadi dokter hewan kandas di ujung jalan karena saya diterima sebagai mahasiswa jurusan biologi, saya berpikir bahwa akan menjadi seorang peneliti saja. Scientist. Terdengar keren, bukan? Awalnya saja begitu. Tapi kemudian, seiring dengan perjalanan kuliah saya (yang begitu PANJANG dan berliku, hadeuh!), keinginan itu pun luntur juga. Sebenarnya tidak serta merta hilang, hanya saya merasa yang paling memungkinkan untuk bisa meraih mimpi itu adalah dengan bergabung di LIPI (sedangkan saya belum berminat menjadi PNS, meski ingin sekali menjadi bagian dari keluarga Lab Entomologi PusLit Biologi LIPI, hehe).

Dan sepertinya Pak Hari memang ingin bertanya ke arah sana. LIPI butuh penerus. Scientist muda yang bersemangat menguak ilmu pengetahuan yang belum tergali. Atau tak harus ke LIPI, tapi tetap concern untuk meneliti. Bukannya malah berhenti berkarya, seperti kutipan nasihat Pak Narya di awal tulisan ini. Atau minimal seperti yang diingatkan Kak Mawan, pengajar BTA LA, pada saya suatu hari. Bahwa jangan sampai ilmu yang kita peroleh mengendap atau mungkin menguap begitu saja. Jadi, meski nantinya menjadi penulis yang tidak berkaitan dengan biologi, harapannya saya tetap menyalurkan ilmu yang saya dapatkan, dengan menjadi guru, misalnya. (Ah, sebenarnya saya masih kurang PD jika menjadi guru).

Entahlah. Saya sepertinya sudah susah diarahkan untuk meneruskan mimpi2 yang sesuai dengan Core Competance saya. Maka, saya hanya bisa terkagum2 dengan orang2 yang setelah lulus bisa mendapat pekerjaan sesuai CC-nya. Meski begitu, saya tak pernah menyalahkan mereka yang kemudian pindah jalur (bekerja di luar bidang biologi). Mungkin, bakatnya memang bukan di bidang biologi. Bukankah setiap orang punya hak untuk bermimpi dan mewujudkan mimpinya, apapun itu? Dan yang terpenting, apapun profesi yang digeluti, pastikan hal tersebut bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Dan Pak Hari pun mengingatkan hal ini saat sidang kelulusan saya. “Jadilah orang yang bermanfaat!”

LA 35,
28 Desember 2010

Meniti jalan menjadi biolog sejati

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Ternyata aku sudahj empat tahun menjalanoi hari-hari sebagai mahasiswa. Masih ku ingat saat abangku mengabarkan bahwa aku lolos SPMB dan mendapat satu kursi di biologi UI. Persasaan saat itu campur aduk, antara bahagia dan sedih. Bahagia karena aku bias melanjutkan pendidikanku dan mendapat kampus yang cukup membanggakan. Tapi, di sisi lain aku bersedih. Aku sebenarnya tak berharap bias masuk biologi, walaupun jurusan itu menjadi pilihan pertamaku di formulir SPMB. Aku justru berharap lolos di pilihan kedua, kedokteran hewan IPB.

Cita-citaku ingin menjadi dokter hewan. Impian itu lahir bukan tanpa arahan. Memiliki ayah seorang mantri hewan menjadikanku dekat dengan dunia hewan. Ayahku pun sangat berharap aku menjadi dokter hewan. Setidaknya untuk merealisasikan cita-citanya yang tertunda. Keterbatasan dana membuatnya memilih untuk tidak melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Makanya, ia merancang dengan baik pendidikanku. Aku harus masuk SLTP yang tak ku inginkan, dihantui perasaan bersa;lah saat mendapat SMA yang tak diharapkannya, hingga harus berjuang keras agar dapat masuk kelas IPA. Awalnya aku tertekan. Tapi pada akhirnya aku sadar, ayah tau di mana bakatku. Apa yang dilakukannya semata-mata untuk kebaikanku juga. Hingga cita-cita menjadi dokter hewan pun tumbuh bersemi di hatiku.

Rencana Allah memang terlalu indah untuk diketahui. Aku tak pernah menyangka usahaku selama ini untuk meraih cita-citaku terhenti saat aku diterima sebagai mahasiswa biologi. Bahkan adikku pun memilih kelas IPS, padahal aku berharap ia bisa melanjutkan perjuanganku. Beruntung ayahku menerima kenyataan itu. Dan akupun hanya bias bersyukur bahwa inilah jalan terbaik yang Allah berikan untukku.

Ku jalani hari-hariku di biologi. Alhamdulillah, aku tidak menyesal masuk biologi. Dunia biologi ternyata begitu menyenangkan. Banayk pengetahuan yang menakjubkan yang ku peroleh. Biologi mengingatkanku bahwa betapa Sang Maha Pencipta begitu sempurna merancang semuanya tanpa ada satu pun yang sia-sia. Tahun pertama ku ikuti semua kegiatan yang berkaitan dengan biologi di luar perkuliahan. Dan pelajaran yang ku dapat adalah bahwa ala mini begitu berharga. Ketika kita sudah masuk dalam ekositem, maka menjadi kewajiban kitalah untuk menjaga keseimbangannya.

Tahun kedua ku arahkan pandanganku, menentukan penjurusan di biologi. Biasanya, pertanyaan yang akan diajukan yaitu: pilih hewan atau tumbuhan, lebih suka di labolatorium atau ke lapangan, dan mau mengambil bidang apa: genetika, ekologi, mikrobiologi, fisiologi, biologi perkembangan, atau taksonomi. Dan semua itu terjawab di tahun ketiga saat aku memantabkan hatiku dengan memilih ekologi hewan khususnya serangga dan lebih menyukai aktivitas di lapangan dibandingkan di labolatorium.

Tapiiii,,kenapa tiba-tiba di tahun keempat ini aku seolah kehilangan jati diriku sebagai seorang biolog yaa?! Merasa jauh dengan dunia biologi. Mungkin karena aku belum juga skripsi. Padahal udah tua gini. Aku juga kurang mengasah ilmuku. Ku akui semakin tua di jurusan, aktivitas lingkunganku semakin berkurang. Dulu, semangatku terjaga karena aku sering naik gunung, pergi ke laut, ikut eksplorasi, atau sejkadar pengamatan lapangan kecil-kecilan di kampus. Aku juga punya cukup informasi terkait lingkungan melalui milis yang ku ikuti.

Faktor lainnya mungkin karena aku kurang fokus dengan bidang ilmuku. Aku kepincut dengan dunia computer. Aku memang sedang dekat dengan dunia itu. Punya teman-teman yang handal di bidang computer, senang menulis di blog, dan tertarik di bidang mediasi yang unung-ujungnya berhubungan dengan komputer. Aku juga tertarik dengan dunia sastra. Rasanya ingin jadi penulis saja. Dan akupun ingin menjadi pengusaha. Di otakku seolah terekam kata bisnis, uang, penghasilan. Hmm,,banyak yang ku inginkan. Dan akupun ingin sukses seperti mereka.

Ternyata, menjadi biolog sejati tidaklah mudah. Butuh usaha, butuh pengorbanan, dan butuh kefokusan. Banyak keinginan untuk handal di beberapa bidang ilmu justru bias membuat kita tidak memperoleh ilmu itu secara utuh. Maka, mulai sekarang harus focus pada satu bidang ilmu saja. Tak masalah jika ingin mempelajari ilmu yang lain, tapi core competence kita harus tetap dipertahankan. Dan aku akan mencobanya. Blog ini hadir untuk mengasah kemampuanku sebagai biolog sejati. Mungkin sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Blog ini tidak akan menjauhkanku dari dunia computer. Akupun bias menjadi penulis, menceritakan pengalaman luar biasa sebagai seorang biolog, dan meluaskan jaringan, siapa tau ada yang mau kerjasama bikin usaha yang terkait dengan biologi.

Yoooo, bisa karena ku yakin bisa! Semangat Bermanfaat!!!